Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 28 Juni 2012

PPDB SDN Panembahan Tahun Ajaran 2011/2012

PPDB SDN Panembahan Hari Kamis, Tanggal 28 Juni 2012 ditutup pukul 13.00 WIB (sesuai aturan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta) dan didapatkan hasil yang dapat dilihat disini.

Dikarenakan kuota siswa kelas I belum terpenuhi, maka SDN Panembahan masih membuka pendaftaran sampai dengan tanggal 16 Juli 2012 (Hari pertama masuk sekolah).

Info lebih lanjut menghubungi Ibu Fransisca Mujirah, S.Pd.SD (Kasi Kurikulum dan Kesiswaan SDN Panembahan)

Selasa, 26 Juni 2012

PPDB Hr Ke-2 Jam 10.00 WIB

Hasil sementara PPDB Hr Ke-2 Jam 10.00 WIB dapat dilihat disini

Hasil sementara PPDB Hr Ke-2 Jam 11.00 WIB dapat dilihat disini

Senin, 25 Juni 2012

Hasil Sementara PPDB SDN Panembahan Hari Pertama

Hasil PPDB SDN Panembahan Hari pertama dapat dilihat disini

Senin, 07 November 2011

November Hari ini, Senin 7 November 2011, SD N Panembahan melaksanakan

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini SD N Panembahan Yogyakarta menyelenggarakan penyembelihan Hewan Qurban tahun 1432 H sebagai bentuk rasa syukur dalam memperingati perjuangan dakwah Nabiullah Ibrahim AS., beserta putranya Ismail AS., dalam penegakan Tauhid dan Syariat  di Bumi ini.
Sumbangan latihan qurban para siswa-siswi SD N Panembahan Yogyakarta dapat diwujudkan menjadi seekor sapi lokal ukuran besar. Hasil dari penyembelihan Qurban langsung disalurkan kepada para siswa-siswi keluarga tidak mampu, masyarakat miskin setempat, bina masyarakat umum yaitu para duafa dan mualaf di sekitar keluarga SD N Panembahan Yogyakarta. Tentunya hal ini Insya Allah menjadikan amal sholih bagi para Siswa-siswi beserta keluarganya serta Keluarga Besar SD N Panembahan Yogyakarta semoga amal ibadah ini diterima Allohu Subhanallahu Wata’alla, Amin.
Semoga tahun-tahun yang akan datang penyembelihan Qurban dapat berlangsung kembali dengan kondisi yang lebih baik lagi.

Minggu, 25 September 2011

Mengajarkan Bahasa Jawa untuk Memahami Budaya Jawa

Dinas Dikpora DIY- Bahasa merupakan bagian dari peradaban. Artinya, untuk menguasai dan memahami sebuah peradaban, seseorang harus mengetahui bahasa dan sastra dari peradaban itu terlebih dahulu. 

Demikian pula dengan Bahasa Jawa. Masyarakat dunia telah mengakui bahwa budaya/peradaban Jawa, merupakan budaya/peradaban yang baik dan luhur. Namun untuk menguasai budaya dan peradaban Jawa, seseorang harus menguasai bahasa Jawa terlebih dahulu.

Hal itulah yang terungkap dalam acara Bangsal Kepatihan “Migunani Ramedeni”, Kamis (22/9) malam yang disiarkan secara langsung dari Studio 1 TVRI Jogja. Dengan mengambil tema Bahasa Jawa bagian dari Karakter Bangsa, acara ini menghadirkan pembicara-pembicara yang kompeten dalam pengembangan Bahasa Jawa. Diantaranya adalah Kepala Dinas Dikpora DIY, Drs. R. K. Baskara Aji, Dosen FBS UNY, DR. Purwadi, M.Hum., dan Guru Bahasa Jawa SMP 5 Yogyakarta, Slamet Hariadi, BA.

“Agar siswa bisa menguasai Bahasa Jawa, di DIY Bahasa Jawa telah dijadikan pelajaran yang wajib diberikan di sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga tigkat menengah. Bahkan ada beberapa sekolah yang tidak hanya menerapkan Bahasa Jawa pada saat pelajaran saja. Tetapi di hari-hari tertentu, Bahasa Jawa digunakan sebagai bahasa percakapan resmi sehari-hari”, ungkap Baskara Aji.

Namun demikian, menurut Slamet Hariadi, guru Bahasa Jawa yang langsung mengajar siswa di lapangan, kendala yang ditemui untuk mengajarkan Bahasa Jawa kepada siswa cukup banyak, terutama bagi siswa dari luar kota. 

“Mereka tidak pernah mengenal ataupun menggunakan bahasa Jawa sejak kecil. Sehingga sangat sulit untuk mengajarkan bahasa Jawa kepada para siswa, utamanya dari luar kota. Akhirnya saya mencoba untuk mengajarkan anak cara menulis dan membaca aksara Jawa terlebih dahulu, sebelum mengajarkan anak berbahasa Jawa”, terangnya.

Untuk mempermudah belajar menulis dan membaca aksara Jawa, Slamet menciptakan sebuah model pembelajaran aksara Jawa yang menarik. Model itu berupa papan tulis yang mengandung magnet, dimana aksara Jawa nantinya ditempelkan di papan tulis itu. Aksara Jawanya pun diberi warna yang berbeda, antara legena (huruf asli), pasangan, dan sandangan.

Konsep yang diusung oleh Slamet ini didukung sepenuhnya oleh Baskara Aji. Baskara Aji mengungkapkan, guru Bahasa Jawa harus bisa membuat siswa menyukai pelajaran Bahasa Jawa.  “Jangan sampai siswa takut dengan Bahasa Jawa. Tetapi jadikanlah Bahasa Jawa, sebagai mata pelajaran yang digemari siswa. Sehingga kedepan siswa bisa mempelajari dan memahami, kebudayaan dan peradaban Jawa”, harap Aji. (m.tok)

Teknologi Informasi, Peluang dan Tantangan bagi Dunia Pendidikan

Tak terbantahkan lagi bahwa teknologi informasi memang menawarkan banyak fasilitas yang semakin memudahkan hidup kita. Namun kita perlu memulai dengan mempertanyakan pada diri kita beberapa hal yang tampaknya sederhana namun hampir selalu kita temui sehari-hari. Apa yang biasa kita lakukan dengan komputer yang kita gunakan?

Diantara kita mungkin memanfatkan komputer untuk mengetik tugas-tugas kantor sambil mendengarkan mp3 atau mp4, sekali-kali nonton film atau nge-game pada saat-saat senggang maupun sekedar untuk refreshing. Pernahkah kita berpikir bahwa jika kita mau kita bisa memanfaatkan komputer untuk hal-hal yang lebih dari aktivitas tersebut? Jika kita mau sedikit meluangkan waktu untuk “jalan-jalan” di rental atau toko cd software, maka dengan mudah kita bisa menemukan software/program yang bisa men-support pengetahuan maupun peningkatan kapasitas intelektual, skill dan religiusitas kita. Dengan demikian, saat ini dengan mudah seorang peserta didik dapat mencari bahan pelajaran melalui berbagai software program ensiklopedi/tutorial yang dikemas dalam bentuk compact disc (cd) yang dengan mudah bisa di-install di komputer. Jika mau, penelusuran lebih lanjut bisa juga dilakukan dengan mengakses berbagai perpustakaan digital (digital library) yang secara on line terhubung dengan internet sehingga memungkinkan semua orang dari belahan dunia manapun saling berbagi informasi serta resources yang dimilikinya serta mendiskusikannya melalui fasilitas mailing list.

Perkembangan teknologi informasi saat ini, terutama internet, mampu menghadirkan ruang-ruang interaksi virtual serta menyediakan informasi/resources dalam jumlah yang melimpah yang bisa diakses secara cepat. Dengan demikian berbagai aktivitas keseharian termasuk di dalamnya aktivitas pendidikan sebenarnya bisa dilakukan dengan lebih mudah, murah, efisien, serta demokratis. Jika pada masa lalu sumber pengetahuan terpusat pada institusi institusi pendidikan formal maka saat ini sumber pengetahuan tersebar di berbagai lokasi yang melintasi batas-batas institusi, geografis maupun negara. Dengan demikian seharusnya para pendidik tidak lagi memposisikan diri sebagai pemegang otoritas pengetahuan namun lebih sebagai mediator yang berperan untuk memfasilitasi berlangsungnya proses belajar yang lebih partisipatif. Konsekuensi dari hal ini adalah selayaknya paradigma yang digunakan dalam pendidikan bukan lagi menekankan pada aspek teaching (mengajar) namun lebih menitikberatkan pada proses learning (belajar). Dalam kondisi yang demikian sangat mungkin kualitas seorang peserta didik akan lebih baik dari kepandaian seorang pendidik.

Proses yang lebih menekankan pada learning menempatkan pendidik dan peserta didik sebagai ‘mitra’ belajar. Pendidik menempatkan diri sebagai fasilitator dari peserta didik dan tidak berhak memaksakan pendapatnya, peserta didik menempatkan dirinya sebagai aktor pembelajar aktif yang memahami kebutuhan dirinya dan mengupayakan pencapaian pemahaman akan pengetahuan secara mandiri. Dan untuk menuju kesana peserta didik bisa mengoptimalkan web, homepage, search engine dan fasilitas-fasilitas lain yang tersedia saat ini.

Sumber : http://btkp-diy.or.id

TIK dapat Meningkatkan Mutu Pendidikan. Benarkah?

Dinas Dikpora DIY- Saat ini, dalam segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan, sedang gencar-gencarnya disosialisasikan penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dikatakan bahwa dengan menerapkan TIK, akan meningkatkan mutu pendidikan. Benarkah demikian?

Sebagian masyarakat percaya, bahwa dengan menerapkan TIK dalam dunia pendidikan, akan meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Namun ada pula masyarakat yang masih antipati, dengan beranggapan bahwa cara yang lama pun sudah cukup, untuk meningkatkan mutu pendidikan, tanpa harus menerapkan TIK. 

Melihat permasalahan ini, Dinas Dikpora DIY memandang perlu adanya sebuah baseline study, yang mengobservasi manfaat TIK dalam meningkatkan mutu pendidikan langsung ke sekolah-sekolah di lapangan. Melalui acara Sosialisasi Base Line Study yang berlangsung hari ini, Kamis (15/9) di Auditorium Dinas Dikpora DIY, Dinas Dikpora DIY mengundang Kepala Sekolah dan para Pengawas Pendidikan yang berasal dari Sekolah-Sekolah penerima bantuan komputer untuk program peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan, yang akan dijadikan sebagai subyek treatment.

“Treatment disini mengandung arti bahwa nantinya Anda dan sekolah Anda akan kami observasi, seberapakah tingkat kenaikan mutu pendidikan setelah TIK dimanfaatkan dan diterapkan di sekolah Anda. Data dari hasil observasi sekolah Anda, akan kami bandingkan dengan data hasil observasi sekolah yang tidak menerapkan TIK dalam meningkatkan mutu pendidikan”, ujar konsultan dari Kementrian Kominfo, Benny Karmadi.

Dijelaskan oleh Benny, memang tidak dipungkiri bahwa dengan cara lama pun, mutu pendidikan akan dapat naik dengan sendirinya. Namun menurutnya, dengan didukung TIK, akselerasi kenaikan mutu pendidikan itu akan lebih cepat, daripada tanpa menggunakan dukungan TIK. “Namun sekali lagi kami membutuhkan informasi akurat dan ilmiah untuk membuktikan pendapat kami ini. Cara yang dilakukan yakni dengan menyelenggarakan baseline study”, jelasnya.

Dengan pemanfaatan TIK, diharapkan pendidikan mampu menghasilkan output yang lebih bermutu. “Output pendidikan terdiri dari output guru dan siswa. Dengan pemanfaatan TIK, diharapkan output guru dapat meningkat dari segi pedagogi dan profesional. Sedangkan output siswa dapat kita lihat dari kognitif, yakni proses dan produk yang dihasilkan siswa. Semua itu nantinya dapat lebih terbukti, setelah hasil dari baseline study ini dapat kami rangkum dan publikasikan”, tukasnya. (m.tok)

Sabtu, 13 Agustus 2011

Lectora sebagai media pembelajaran yang menyenangkan untuk anak


Dalam era digital ini perkembangan Teknologi Informasi sangat menakjubkan terlebih di bidang e-learning. Sudah menjadi kebutuhan untuk belajar secara mandiri dan secara cepat pemutakhiran pengetahuan serta mengelola pengetahuan. 
American Society for Training and Development (ASTD) menerangkan bahwa “e-learning covers a wide set of applications and processes, such as Web-based learning, computer-based learning, virtual classrooms, and digital collaboration. It includes the delivery content via internet, intranet/extranet (LAN/WAN), audio and videotape, satellite broadcast, interactive TV, and CD-ROM”. Artinya bahwa e-learning meliputi aplikasi standar yang luas dan proses, seperti pembelajaran berbasis web, pembelajaran berbasis komputer, ruang kelas virtual, dan kolaborasi digital. Hal ini termasuk pengiriman konten melalui internet, intranet / extranet (LAN / WAN), audio dan video, siaran satelit, TV interaktif, dan CD-ROM.
Konsep pembelajaran pada dasarnya mengacu pada kemampuan untuk memahami , melakukan, berinteraktif dan melakukan refleksi terhadap materi pembelajaran. Untuk itu Teknologi Informasi sangat berperan dalam pengembangan tersebut. Begitu luasnya ruang lingkup e-learning hingga banyak e-learning tool tersedia dan definisi yang sesuai dengan kebutuhan setiap organisasi dan pemerintah sangat terkait dengan visi dan misi organisasi tersebut.
Pengembangan sistem e-learning di DIY, saat ini masih menempatkan guru sebagai aktor penting dalam pendidikan dan pengajaran terutama untuk tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menegah Pertama, dimana pengembangan kepribadian dan sikap masih perlu diwujudkan. Oleh karena itu sistem “blended learning” akan diterapkan.  Akan tetapi pada sistem “blended learning” guru tidak dapat digantikan dengan teknologi komputer, karena Guru merupakan fasilitator yang masih memegang peran penting. Untuk mendukung penyajian materi ajar agar lebih mudah dipahami oleh siswa digunakan TIK. Dengan menyediakan materi ajar secara offline maupun online agar dapat didistribusikan dalam lingkup yang lebih luas. Sehingga mendukung proses pembelajaran seumur hidup (lifelong learning) karena materi ajar dapat tersedia tanpa terkendala ruang dan waktu sekaligus keuntungan dari sistem berbasis kelas dapat digabungkan.
Blended Learning mengacu pada pencampuran lingkungan belajar yang berbeda. Ungkapan tersebut memiliki makna spesifik yang didasarkan pada konteks yang digunakan. Blended belajar peserta didik dan guru memberikan lingkungan yang berpotensi untuk belajar dan mengajar lebih efektif. Guru sebagai “author” dari materi ajar berbasis TI dan sekaligus fasilitator untuk menyampaikan materi  ajar dengan pemanfaatan TIK kepada para siswa di kelas maupun di luar kelas. Disamping itu guru juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses belajar mengajar tersebut, misalnya dalam bentuk test untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi yang telah disampaikan. Atau dengan kata lain Sistem “blended learning” tersebut akan menempatkan posisi Guru sebagai kunci pendting dalam proses pembelajaran, baik secara offline (sistem kelas) maupun sistem online (e-learning).
Dalam mendukung pengembangan sistem “blended learning”, maka konten digital harus dengan mudah dapat dikembangkan dan disebarluaskan pada stakeholder yang membutuhkan baik didalam maupun diluar kelas. Untuk itu, sistem “blended learning” yang dikembangkan harus memiliki kemampuan penyediaan sarana agar :
1.       Guru dapat membuat dan menyajikan materi ajar dengan tanpa harus melakukan programming. Materi bisa berupa teks, grafik, animasi, video, suara.
2.       Guru dapat melakukan pengujian terhadap materi ajar yang diberikan, dalam berbagai macam bentuk test seperti benar/salah, pilihan ganda, mencocokan (mathcing), tarik dan tempatkan (drag and drop), hot spot, isian singkat (fill in the blank).
3.       Guru dapat mengelola penggunaan dan publikasi materi ajar/uji.
4.       Guru/siswa dapat mengakses materi ajar/uji yang dibutuhkan.
Keuntungan pembelajaran dengan menggunakan konten digital antara lain :
1.       Sistem pembelajaran lebih interaktif
2.       Mampu menggunakan teks, suara, video, animasi dalam suatu kesatuan.
3.       Mampu memvisualisasikan materi yang abstrak.
4.       Media Penyimpanan yang relative mudah dan fleksibel.
5.       Membawa objek yang sangat besar atau berbahaya dalam lingkungan kelas.
6.       Menampilkan objek yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
Software Authoring Tools banyak tersedia dipasaran. Semuanya menawarkan keindahan dan kemudahan untuk mengembangkan konten digital untuk mendukung e-learning. Sofware Authoring Tools yang juga dikenal sebagai Authorware, sebuah program untuk membantu  menulis hypertext atau multimedia aplikasi. Authoring tools biasanya memungkinkan untuk membuat aplikasi hanya dengan menghubungkan paragraf teks , ilustrasi, atau lagu. Dengan mendefinisikan objek hubungan yang satu sama lain, dan dengan urutan yang tepat, pengguna authoring tools dapat menghasilkan aplikasi grafis yang menarik dan bermanfaat. Kebanyakan authoring sistem juga bisa mendukung sebuah bahasa script untuk aplikasi yang lebih canggih. Biasanya alat authoring memerlukan pengetahuan teknis dan digunakan secara eksklusif untuk aplikasi yang menyajikan campuran tekstual, grafis, dan audio data. Akan tetapi kebutuhan proyek ini adalah authoring tool yang dapat digunakan oleh user secara mudah dan cepat tanpa membutuhkan keahlian pemrograman, seni desain, dan grafis yang tinggi dengan hasil konten digital yang tidak kalah professional dengan konten yang dihasilkan dari authoring yang membutuhkan pemrograman.
Authoring tool dalam dunia e-learning disebut juga e-learning authoring tool atau e-learning authoring software. E-learning Authoring tool memungkinkan Guru untuk mengembangkan konten digital dari berbagai macam media untuk menghasilkan konten digital yang interaktif dan professional. Guru juga dapat menggunakan kembali elemen-elemen digital yang sudah digunakan dari suatu mata pelajaran untuk membuat mata pelajaran lainnya. Hal ini sangat mendukung percepatan pengembangan konten untuk dapat mengikuti dinamika perubahan sistem belajar mengajar. Dengan authoring tool tersebut return on investment (pengembalian investasi) komponen yang telah dibuat oleh programmer diluar atau dari sumber-sumber desain grafis akan lebih cepat diperoleh. Authoring tool lebih cocok digunakan sebagai “e-learning course creation tool” daripada hanya disebutkan sebagai authoring tool karena makna yang sangat luas.
Authoring tool dibutuhkan untuk dapat mengembangkan konten digital yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat mengikuti dinamika perubahan sistem pembelajaran (custom conten). Dengan menggunakan authoring tool, konten digital dapat di delivery dalam berbagai macam variasi bentuk publikasi seperti CD, LMS, HTML, Zip, PodCast sehingga lebih meluas jangkauannya. Selain itu, Guru juga membutuhkan konten yang dapat dikembangkan secara cepat dan tingkat interactivity yang tinggi untuk memberikan simulasi sehingga mempercepat pemahaman siswa tehadap topic yang diinginkan. Guru juga menginginkan pengembangan sistem secara cepat untuk mengikuti dinamika perubahan sistem.
Authoring tool apabila dikelompokkan terdiri dari berbagai jenis yaitu tool yang mendukung simulasi, full-service authoring tools, web-based distance learning tools (virtual classrooms), atau powerpoint convertion tools. Sudah banyak pengembang konten digital saat ini menggunakan kombinasi berbagai macam tool seperti flash, software graphic design dan software pemrograman HTML untuk membuat konten multimedia. Yang interaktif.
Sebagai salah satu contoh authoring tool adalah Lectora Inspire (Full Service Authoring Tools). Lectora Inspire merupakan software yang memberikan fasilitas untuk mendukung kebutuhan Full Service Authoring Tools (Layanan Authoring ToolsPenuh). Lectora digunakan untuk mengembangkan konten digital materi ajar dan materi uji berbentuk multimedia dinamis, mudah (user friendly) dan berkualitas tanpa membutuhkan keahlian desain seni dan grafis serta pemrograman yang tinggi untuk mengikuti dinamika perubahan sistem belajar mengajar.
Lectora Inspire merupakan solusi yang paling cocok sebagai course authoring tool yang dapat membantu guru menerjemahkan instructional design menjadi bahan ajar dan materi uji yang bersifat interaktif tanpa harus terlibat keahlian yang terlalu teknis. Lectora Inspire dapat membantu pembuatan konten digital dalam bentuk video yang sangat dinamis serta konten multimedia yang berbasis animasi flash dengan sangat mudah tanpa diperlukan kehalian teknis yang tinggi. Karena Lectora Inspire telah terintegrasi dengan berbagai tool yang dibutuhkan untuk membuat konten multimedia yang bersifat interaktif dengan sangat mudah dan cepat karena dibundling dengan Camtasia®, Snaglt®, Flypaper™.
Pada tahun 2007, 2008 Lectora Inspire telah mendapatkan penghargaan the best authoring tool yang diberikan oleh Elearning Magazine. Selanjutnya pada tahun 2010, Lectora terpilih sebagai nominasi the sixth annual Best of Elearning! Awards. (Irll)

Rabu, 10 Agustus 2011

Gebyar E-Pendidikan 2011: Peningkatan Kualitas Pendidikan di Bidang TIK

Dinas Dikpora DIY - Gebyar E-Pendidikan 2011 Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan (BTKP) Dikpora Provinsi DIY telah dilaksanakan dari tanggal 28-30 Juli 2011 yang lalu.  Gebyar E-Pendidikan merupakan upaya  menumbuhkan budaya pemanfaatan TIK dalam pembelajaran melalui pemanfaatan Jardiknas. Acara ini terselenggara hasil kerjasama BTKP Dikpora Provinsi DIY dengan Pustekkom Kemendiknas RI.

Kegiatan ini secara langsung dibuka oleh Kepala Dinas Dikpora Provinsi DIY Drs. Kadarmanta Baskara Aji, Kamis pagi (28/07). Dalam sambutannya Baskara Aji menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi DIY telah berkomitmen pembelajaran TIK wajib untuk semua jenjang dan jenis pendidikan. “Pada tahun 2013 Pemerintah Provinsi DIY menegaskan tidak boleh ada keluarga di dunia pendidikan yang belum melek komputer,” imbuhnya.

Rangkaian kegiatan ini meliputi Lomba Kihajar (Kita Harus Belajar), Lomba TIK bagi guru dan siswa dan Lomba Reportase Pendidikan serta Pameran Pendidikan. “Kami berharap melalui penyelenggaraan Gebyar E-Pendidikan ini ada peningkatan dan  pengembangan pengetahuan, ketrampilan serta kreativitas siswa maupun guru dalam memanfaatkan pembelajaran TIK. Khusus untuk siswa diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dalam mata pelajaran yang di UN-kan dan pengetahuan TIK melalui TV Edukasi,” papar Kepala BTKP Provinsi DIY Dra. Tugini Trihayati dalam laporannya.

“Gebyar E Pendidikan ini tidak hanya sebatas trampil dalam penggunaan komputer saja namun yang utama adalah untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan dan kualitas diri dalam penggunaan TIK,” pungkas Baskara Aji sekaligus membuka Gebyar E Pendidikan 2011.



Sumber : http://www.pendidikan-diy.go.id

Jumat, 24 Juni 2011

Ayo Bersama Meriahkan Festival E-Pendidikan 2011

Dinas Dikpora DIY- Guna semakin memperkenalkan produk-produk Balai Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (BTKP) DIY kepada masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah dan pendidikan, serta untuk membudayakan guru dan siswa agar memanfaatkan TIK dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), BTKP DIY menyelenggarakan Festival E-Pendidikan 2011.

Festival E-Pendidikan merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh BTKP DIY bekerja sama dengan Pustekkom Kemendiknas. Didalamnya, terdapat 3 agenda utama, yakni Lomba Ki Hajar, Lomba Pemanfaatan TIK, serta Pameran Pendidikan.

Agenda pertama, Lomba Ki Hajar (Kita Harus Belajar), dibagi menjadi 4 cabang lomba. 3 cabang lomba yang pertama adalah lomba menjawab pertanyaan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan melalui TV-E dan TVRI, yang masing-masing dibagi untuk kelompok siswa SD/MI, SMP/MTs, serta SMA/MA/SMK. Sedang cabang lomba yang ke-4 adalah lomba reportase pendidikan yang dilaksanakan oleh siswa SMA/MA dan SMK.

“Khusus untuk lomba menjawab pertanyaan melalui TV-E dan TVRI, siaran akan dimulai sejak tanggal 18 Juli 2011. Jawaban pertanyaan ini nantinya dikirimkan melalui e-mail ke BTKP DIY di info@btkp-diy.or.id. Secara kolektif, BTKP DIY akan mengirimkan e-mail siswa tersebut ke Pustekkom Jakarta. Penilaian jawaban yang dicantumkan dalam e-mail, akan dilaksanakan secara langsung oleh Pustekkom”, ujar Kepala BTKP DIY, Dra. Tugini Tri Hayati saat dikonfirmasi di ruang kerjanya.

Yang unik, BTKP DIY juga melakukan penilaian tersendiri kepada para peserta lomba ini. Penilaian dilakukan dengan jalan siswa mempresentasikan hasil jawabannya di hadapan dewan juri pada tanggal 28-30 Juli 2011. 25 siswa terbaik dalam presentasi ini, akan diadu untuk berlomba bersama juara penilaian lewat e-mail yang telah dilaksanakan oleh Pustekkom pada tanggal 31 September hingga 1 Oktober 2011 kelak di tingkat regional DIY-Jateng.

Sementara untuk agenda kedua, yakni Lomba Pemanfaatan TIK, diikuti oleh siswa dan guru. “Guru dan siswa membuat media pembelajaran, setelah itu karya dikirimkan ke BTKP DIY. Karya selanjutnya diseleksi melalui presentasi di hadapan dewan juri pada tanggal 28-30 Juli 2011”, tukas Tugini.

Agenda yang ketiga, yakni Pameran Pendidikan, memamerkan produk-produk BTKP sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Dikpora DIY yang bergerak di bidang teknologi dan komunikasi pendidikan. Produk-produk yang dipamerkan meliputi produk multimedia, website, radio streaming serta jogja belajar. Selain itu, ada pula seminar mengenai mekanisme pembuatan media pembelajaran.

“Kami undang rekan-rekan mahasiswa UNY jurusan Teknologi Pendidikan (TP), guru-guru dari SMK, serta rekan-rekan dari jurnal Dikpora yang terkait dengan penilitian berbasis TI untuk presentasi mengenai pembuatan media pembelajaran”, ungkap Tugini.

Hadiah yang disediakan bagi pemenang lomba terbilang cukup besar. Selain mendapat trophy dan piagam, juara I lomba Ki Hajar akan mendapatkan uang pembinaan sebesar 1,2 juta, juara II 1 juta, dan juara III 800 ribu rupiah. Sedang lomba pemanfaatan TIK memperebutkan hadiah bagi 6 juara. Juara I mendapatkan hadiah sebesar 2 juta, juara II 1,75 juta, juara III 1,5 juta, juara Harapan I 1,25 juta, juara harapan II 1 juta, serta juara harapan III 750 ribu rupiah. Saat ini, pendaftaran telah dibuka di BTKP DIY hingga 16 Juli 2011.

Sementara itu ditemui terpisah, Kadinas Dikpora DIY, Drs. R. K. Baskara Aji mengungkapkan bahwa Festival E-Pendidikan ini dimaksudkan untuk merangsang atau memotivasi peserta didik dan guru untuk mengembangkan e-learning/TI dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

“Selain itu, melalui lomba, akan didapatkan evaluasi mengenai kemampuan penguasaan TI dari peserta didik dan guru, sehingga kita bisa membuat kebijakan-kebijakan lebih lanjut atas kondisi itu”, ungkap Baskara Aji. (m.tok)

Kemana anda mencari Informsi

RPP dan Silabus

  • RPP dan Silabus EEK kelas 1
  • RPP dan Silabus EEK kelas 2
  • RPP dan Silabus EEK kelas 3
  • RPP dan Silabus EEK kelas 4
  • RPP dan Silabus EEK kelas 5
  • RPP dan Silabus EEK kelas 6

Arsip Blog

Admin

Followers

Basshunter - All I Ever Wanted

Kegiatan apa yang anda (siswa kelas 6 SD Panembahan) lakukan saat perpisahan???

Pengunjung