Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 03 Desember 2008

Perkembangan Perpustakaan Di wilayah Indonesia Timur Masih Memprihatinkan

YOGYAKARTA – Berbeda dengan wilayah Pulau Jawa dan Sumetera yang sudah cukup maju, perkembangan perpustakaan di wilayah Indonesia bagian timur masih agak memprihatinkan. Disamping sumber daya manusianya SDM) kurang, juga karena koleksi buku-bukunya tidak lengkap dan kurang up to date. Masih rendahnya minat baca masyarakat di wilayah itu juga ditengarai menghambat perkembangan perpustakaan pada umumnya.


Demikian dikatakan Kepala Perpustakaan Nasional RI, Drs. Dady P. Rachmananta, MLIS kepada reporter pemda-diy.go.id disela-sela acara Seminar Perpustakaan Keliling dan Folklore (Cerita Rakyat – red) dari negara ASEAN yang berlangsung di Borobudur Room, Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Selasa (11/11).

Menurut Dady, kendala yang dihadapi daerah bagian timur terdapat pada hal dana/penganggaran. Meski dari Perpustakaan Nasional sendiri memberikan bantuan dalam bentuk dana dekonsentrasi sekitar Rp. 500 juta tiap tahun untuk tiap provinsi se-Indonesia.

“Jadi tiap provinsi itu tidak sama, ada yang lebih dan ada yang kurang. Misalnya Riau, karena cukup kaya, makanya bantuan dana untuk perpustakaan tidak sampai 500 juta, begitu juga Jambi, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, kita kasih lebih tinggi,“ imbuhnya.

Layanan perpustakaan keliling itu sendiri sudah dimulai sejak tahun 1975 namun berhenti pada tahun 1989, dan baru mulai dilaksanakan lagi tahun 2003.

Perpustakaan Nasional, menurut Dady sampai sekarang sudah menghibahkan kurang lebih 200 unit mobil keliling berikut buku-bukunya ke tiap provinsi, kabupaten dan kota se-Indonesia. Selain Perpusnas, Solidaritas Ikatan Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) juga memberikan bantuan berupa 50 unit perpustakaan keliling yang berbentuk perpustakaan mobil, perpustakaan motor dan perpustakaan terapung.

Sementara untuk daerah yang perkembangannya tertinggal menurut rencana tambah Dady, dalam rencana jangka panjang, akan dilakukan dengan cara meningkatkan kerjasama di berbagai pihak, termasuk diantaranya bekerjasama dengan luar negeri diantaranya dengan negara Belanda, Australia dan Amerika.

Berkomentar terkait minat masyarakat agar gemar membaca saat ini kata Kepala Perpusnas RI yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Pustakawan Indonesia Pusat itu, masyarakat masih perlu diberi pemahaman. Dan untuk menunjang perkembangan perpustakaan itu sendiri, tidak harus menunggu tetapi ‘jemput bola’ atau proaktif.

“Kita yang mendatangi masyarakat bukan masyarakat yang mendatangi kita. Misalnya sekarang kita harus bekerja tidak hanya menunggu di perpustakaan saja, tetapi mendatanginya di sekolah-sekolah, kelurahan atau di kampung-kampung,”tandas Dady.

Seminar Perpustakaan Keliling dan Folklore (Cerita Rakyat – red) dari negara ASEAN berlangsung sehari. Bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antar negara ASEAN, meningkatkan wawasan dan pengetahuan para peserta, sekaligus sebagai ajang untuk saling tukar menukar informasi/pikiran mengenai layanan perpustakaan keliling dan folklore dari negara ASEAN.

Folklore itu sendiri menurut Dady, juga sangat penting, sebab sebagai sarana warisan budaya bangsa yang perlu diketahui. Dulu folklore berawal dari budaya/tradisi lisan, namun sekarang dibentuk menjadi budaya/tradisi tertulis.

Pada seminar kali ini, negara yang akan menyajikan presentasi mengenai folklore selain Indonesia adalah negara Laos, Kamboja dan Philipina.

Kongdeuane Nettavong, dari Laos menyampaikan bahwa perpustakaan keliling di Laos sudah dilaksanakan selama 10 tahun. Layanan perpustakaan keliling ini dirasa pemerintahan Laos sangat penting, karena selama ini perpustakaan yang dibangun kebanyakan berada di lokasi perkotaan. Sehingga untuk daerah pedesaan atau daerah yang terpencil/susah dijangkau masih memerlukan layanan perpustakaan keliling ini.

“Üntuk layanan ini, negara Laos menggunakan 3 cara/media, yaitu dengan mobil, motor dan sepeda serta perahu/kapal. Mobil layanan ini biasanya diperuntukkan di Provinsi Vientiane dan Sayabuli, sedangkan motor dan sepeda untuk daerah pedesaan, dan perahu untuk daerah bagian utara dan selatan negara Laos,” jelas Kongdeuane.

Seminar dihadiri para utusan dari negara Kamboja, Indonesia, Laos, Vietnam dan Philipina, sedang 5 negara lainnya yang tidak hadir yaitu Singapura, Thailand, Malaysia, Myanmar dan Brunei Darussalam.

Pemberitaan Humas DIY

0 komentar:

Posting Komentar

Kemana anda mencari Informsi

RPP dan Silabus

  • RPP dan Silabus EEK kelas 1
  • RPP dan Silabus EEK kelas 2
  • RPP dan Silabus EEK kelas 3
  • RPP dan Silabus EEK kelas 4
  • RPP dan Silabus EEK kelas 5
  • RPP dan Silabus EEK kelas 6

Arsip Blog

Admin

Followers

Basshunter - All I Ever Wanted